Kebiasaan orang Melayu : Menjelek-jelekkan pemerintah

Itu quote yang terbaca dalam buku Cinta di dalam gelas-nya Andrea Hirata.  Kenyataannya demikian, di twitter pun pada timeline sering ada yang begitu.  Pada gilirannya saya yang pun begitu pada hari kemarin.

Tapi tidak persis begitu menjelekkannya, mungkin makin merasa kecewa dan aneh, walau tetap optimis bahw badai pasti akan berlalu.

Beberapa bulan lewat, seorang teman kos bercerita bahwa dia dikasih proyek oleh pemerintah daerah setempat dia tinggal.  Entah bagaimana ceritanya, kerjanya itu tidak dibayar sama sekali.  Bayangpun.  Hasil jerih payahnya yang saya yakin jelas tertuang dalam kontrak kerja tidak dibayar, sampai saat dia bercerita itu entah sudah berapa lama.

Kemarin itu aneh lagi, seorang teman yang bercerita dua proyeknya yang sudah selesai, belum mendapatkan apa-apa sampai sekarang, mungkin sudah beberapa bulan masih 0 rupiah hasilnya.

Saya pun bingung, karena benar-benar tidak mengerti sistem kerja proyek, ataupun sistem kontrak.  Mungkin nanti harus  dipelajari lebih detil lagi.  Karena harusnya kalau ada kontrak kerja, ada dana yang harusnya sudah dicairkan.  Lah buat modal kerja gimana.

Logikanya kalau pemegang proyek kerja dulu baru dibayar, lah modalnya dari mana ?  Ini logika yang masih tidak bisa diterima otak saya.  Apalagi kan harusnya upah seseorang dibayar sebelum keringatnyaa kering.

Teman saya itu hanya tertawa, dan berkata-kata bahwa seolah-olah hal itu adalah biasa.

Sebegitu buruknya kah sistem kerja proyek pemerintah. Itu belum lagi ditambah yang katanya belum apa-apa harus bayar fee biar proyeknya gol.  Seorang teman yang bercerita begitu, ditagih duluan biar proyek yang dia ajukan disetujui.

Gila ya !  Harusnya pemerintah, atau legislatif yang menyetujui anggaran itu yang membayar didepan pada pekerja biar pelaksanaan pekerjaan di lapangan beres.

Apalagi saya pikir sistem anggaran sekarang, makin bagus, awal tahun pun anggaran sudah bisa jalan,  kalau tidak ya gimana itu gaji bisa diuangkan coba.  Tapi rupanya terkait pengelolaan uang, jadi banyak orang yang menjadi bingung, lupa siapa pemilik uang yang dia pegang.

Begitulah, akhirnya yang jelek begitu yang sering tampil ke permukaan berita dan cerita.  Semoga masih ada yang tidak menyusahkan orang lain saat bekerjasama.  Karena logikanya, kalau minta tolong dalam pekerjaan apapun, ya hak orang harus diperhatikan dan kewajiban yang minta tolong untuk memperhatikan hal itu.

Hedeh mumet.

3 thoughts on “Kebiasaan orang Melayu : Menjelek-jelekkan pemerintah

  1. carra

    om… rss feednya dipasang lagi dong… saya kehilangan feed nih, gara2 kemaren kompi di reformat total 😥 musti ngumpulin lagi smua dari awal…

    *OOT*

    warm : udah tuh 😐

    Like

    Reply
  2. putrimeneng

    terkadang ada kontrak yang tidak menyertakan uang muka, dan termin akan dibayar ketika progress pekerjaan sudah mencapai angka tertentu, nah kalau tetiba ndak dibayar ya anggap saja kerja bakti hehe …

    warm : tuh kan, memalukan sekali, sungguh..

    Like

    Reply

Leave a comment