Sepatu PinQ

Kemarin, ceritanya ingin membelikan baju lebaran beserta perangkatnya buat anak-anak.   Sore itu jadilah motor melaju ke amplaz.  Sesekali belanja ke pusat belanja yang rada keren tampaknya tak mengapa.

Baru memasuki area amplaz, lewat toko sepatu.  Siapa lagi yang gelisah minta mampir selain sang tuan putri Q.  Untung berhasil di bujuk.  Sementara kedua kakaknya cuma minta main gim di timezone.  Seakan tak peduli dengan tawaran baju baru, cuek saja mereka.

Naik ke lantai dua, tiga ketemu sama satu toko baju anak-anak, Q (lagi-lagi) malah ribut nunjuk sepatu, kedua lelaki itu masih tak peduli, malah tak sabar pengen main gim.

Akhirnya Q sama uminya, keliling lagi mencari apa yang perlu dicari, sama sama dua pendekar muad itu ke arena permainan, tepatnya meminta mereka main kesana, saya sendiri minta ijin mampir ke toko buku sebentar.

Tak lama masuk sms dari honey, Q mogok, pengen sepatu, berwarna pink.  Ya perpaduan benda bernama sepatu dan warna pink merupakan hal yang dahsyat hingga mengacaukan daftar belanjaan sederhana yang disusun seadanya dari rumah.

Dan, sekali lagi, setelah setangah ampun membujuknya, tak bergeming, saya menyetujui proposal permintaan sepatu pink yang harganya sungguh, saya sendiri tak pernah punya sepatu seharga sedemikian rupa 😥

Q itu, seakan tahu kualitas dan harga sepatu, sebelumnya sudah ditawarin jenis sepatu lain di toko yang lain, yang lebih sederhana, tanggapannya cuma melirik sekilas tanpa minat.

Dan kali inidia memilih jenis sepatu wedges, iya anak seusia itu punya w-e-d-g-e-s 😐

Di rak sepatunya sendiri sudah ada high heel bertali aneh segala rupa, sepatu kets, keduanya berawarna pink.   Belum lagi sendal berapa biji.  *melirik sendal saya yang nyaris mirip fosil di teras depan*

Beberapa hari yang lalu, dia malah maksa ngebawa selop yang sebenarnya perangkat kebayaa sewaan dari salon tempat dia motong rambut, nah ini satu hal lagi, dia maunya sekarang potong rambut di salon.  Sungguh… dan beneran dibawa pulang coba.

Sebenarnya ada apa sih dengan sepatu, segitunya sehingga sudah bisa meracuni Q sedini gini. 😐

8 thoughts on “Sepatu PinQ

  1. sha

    Hahahahadeuh… si Q ini ya, kecil-kecil udah berbakat centil. 😆 Sepertinya gedenya bakal jadi model, oom. Coba masukkin ke sekolah modelling saja. *ngajak ortunya Q keluar duit lagi* 😛

    Btw, selamat Idul Fitri 1433 H utk oom Warm sekeluarga, mohon maaf lahir & batin njih… 🙂

    warm : ntar rencananya gitu sih, biar ja sekalian disalurin semua bakatnya anak2 😀

    dan met lebaran juga ya, mohon maaf jg kalo ada salah 🙂

    Like

    Reply
  2. Antyo

    Informasi terus membanjir dan dunia memberikan pilihan yang menggoda. Btw apakah ortu kita dulu juga paham selera dan kemauan kita? Bedanya, dulu itu referensi maupun preferensi kita belum sekompleks sekarang dan norma waktu itu mengharuskan kita manut 🙂

    warm : selain masalah preferensi, dulu juga mau macem2 pas ga memungkinkan, beli pake apaan, jadinya mainan lebih sering bikin sendiri, dan soal manut sih sebenernya mereka manut dan syukurnya ga sering2 juga sih minta kyk gitu 😀

    Like

    Reply
  3. fay

    hihihi… ;))

    #toss sama Q

    saya juga ‘gila’ sepatu oom.. 😀 tapi saya ndak suka warna pink 😐

    warm : rupanya sudah defaultnya wanita soal sepatu ini ya 😐

    Like

    Reply
  4. putrimeneng

    ih sepatu itu penting om kan dipakenya di kaki yang menyangga badan kita jadi harus enak dan ganti2 ayoo sini Q main sama tante yuk kita liat2 sepati ke emol *ditendang om warm*

    warm : penjelasan yg logis sih, tapi.. yaudah sana kalo mau ngajak Q, tapi skallian beliin sepatu yg dia mau ya *merasa beruntung* #hloh 😆

    Like

    Reply

Leave a comment