Titik Nol

Sebelum bukunya saya kirimkan untuk pemenang koeis djoem’at ntar, maka saya mohon ijin dulu numpang baca ya, smoga  pemenang buku itu kelak ikhlas & mau memakluminya :mrgreen:

Habisnya tampaknya menurut resensi yang pernah saya baca itu, bukunya bagus, isinya bagus, cara bagus pula.  Isinya adalah tentang perjalanan panjang seorang seorang Agustinus Wibowo dari negeri ini, kemudian ke negeri China lalu terus bertualang mengelilingi benua asia, menuju Tibet, India, kemudian Pakistan kemudian Afganistan hingga kembali ke titik nol : pulang.

Cerita dituturkan selang seling, antara kenangan dan obrolan-obrolan dengan ibu, sesekali ayahnya, tentang pilihan hidup, cara pandang dan pertentangan-pertentangan antara dua pandangan, orangtua dan anak.  Tapi selalu, orangtua selalu lebih bijak memandang keinginan anaknya.

Sebagian kecil yang menarik dalam buku ini bagi saya adalah cerita pertemuannya d engan backpacker asal Malaysia bernama Lam Li, yang mengajarkannya cara hidup di dunia, yang seharusnya tak memerlukan buku panduan apapun, katanya.  Dan saudari Lam Li ini di halaman depan tercantum sebagai co-editor, sekaligus pemberi kata pengantar.

Saya jadi teringat kata-kata Pidi Baiq beberapa hari yang lalu di Togamas, bahwa kita tak perlu tergantung pada teori-teori yang ada, karena sering tak sesuai lagi dengan keadaan riil, keadaan sekarang, dan tak semua teori bisa diterapkan karena semua kondisi pasti berbeda.  Intinya bikinlah teori sendiri atas hidup yang dijalani. *mumet & mbulet kan ? iya saya juga mumet 😐 *

Intinya kadang menjalani hidup tak perlu berpatokan pada panduan, tips-tips, petunjuk yang sudah ada, make your own rules, gitu kira-kira.  Karena tak ada yang bisa menentukan langkah ke depan selain si pemilik kaki itu sendiri.

Kembali ke isi buku, yang membacanya seakan-akan membaca novel, padahal itu cerita nyata yang diceritakan dengan asik, seakan-akan sayalah yang berangkat ke China, iseng di Tibet, terkapar di India, berusaha memaklumi hidup di Pakistan sampai membiasakan mental di Afganistan.

Ini buku yang bukan main-main panjang, lima ratus lima puluh dua halaman, gan !  Tapi membuat saya penasaran hingga berusaha menghabiskannya secara simultan.  Itu bukan sekedar catatan perjalanan, tapi juga perenungan yang dalam, atas pengalaman beliau yang juga tidak main-main panjang dan lebarnya.

Bacalah buku ini, tidak rugi.
Dan teruslah menapaki hidup, dan menikmatinya.

7 thoughts on “Titik Nol

  1. Pingback: Koeis Djoem’at : Ndak Kreatip | blog auk

Leave a comment