PNS: Pegawai Ngeri Sederhana

..tampaknya sudah agak reda, hujatan pada kebijakan menteri akan petuah sederhana pada jajaran pegawainya.  Di media sosial, aku lihat ada beberapa teman, yang sepertinya statusnya adalah pns, dan sepertinya kehidupannya baik-baik saja, mungkin lebih sejahtera dariku haha ini nggak ada hubungannya dengan iri dengki, tapi kembali tentang prespektif *kelamaan ngomong perspektif lama-lama kayak om wimar euy*.

Gini, yang pertama itu adalah berupa surat edaran menteri pendayagunaan aparatur negara & reformasi birokrasi dan nomor 13 tahun 2014, tentang gerakan hidup sederhana yang bisa di donlot disitu, silakan dibaca pelan-pelan dan dicermati (bukan hanya mencermati riuh rendahnya media sial itu).

Inti sebenarnya ada di nomer dua, yaitu tidak memperlihatkan sikap hidup yang berlebihan & empati pada masyarakat, walau kalau mau dikritik adalah redaksinya, yaitu awalnyan dimulai dengan kalimat : tidak memperlihatkan.. menurutku sih bagian kata memperlihatkannya dihapus saja sekalian hehehe

Dan tidak ada sama sekali pasal tentang snack singkong rebus disitu euy.
Update :
Saya ternyata kurang teliti 🙂 berkenaan dengan singkong, (ya terimakasih pada Arai yang ngasi koreksi di bawah), itu adanya di poin nomor 5 SE Menpan-RB No. 10 2014, bunyi lengkapnya begini : “Untuk  mendorong  peningkatan  produksi  dalam  negeri  dan
kedaulatan pangan, agar menyajikan menu makanan tradisional yang sehat  dan/atau  buah-buahan  produksi  dalam  negeri  pada  setiap penyelenggaraan pertemuan/rapat”

Rasanya tak ada yang salah juga dengan himbauan itu, apalagi di poin satu, bisa dibaca kalau hal sederhana ini pun bukan hal yang baru, karena mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 10 tahun 2005 & dua edaran Menpan RB pada tahun 2012, cuma pas pelaksanaan entahlah.  Terkait pagu anggaran, kalaupun sudah dianggarkan ya laksanakan saja.  Kalau anggarannya berlebih kembalikan saja ke kas negara, beres toh.  Mungkin ini sebagai pengingat untuk penyusunan anggaran tahun berikutnya.

Terkait pembatasan rapat, duh saya jadi malu kalau baru baca juga surat edaran no. 11.  itu sih biasa, intiya kalau ruang rapat yang ada di kantor memungkinkan untuk pelaksanaan pertemuan, tak usahlah pakai rapat hotel euy.  Himbauan ini juga tak ada salahnya toh?

Yang aku gagal pahami, himbauan untuk hidup sederhana kenapa tidak setuju?  Padahal tidak dihimbau dan pake surat negara yang resmi pun, bukankah hidup harus demikian adanya?  Apalagi pns bung, yang jujur saja kalau mau membandingkan penghasilannya jauh jelas dengan pegawai yang bekerja di sektor swasta.  Dan menurutku itu wajar.

Wajar karena pegawai swasta dituntut dengan target output kerja yang jelas dan kinerja relatif terukur.  Evaluasinya pun relatif ketat, sanksinya jelas.  Sedang di sektor publik yang sekarang, evaluasi kinerja yang resmi hanya dilakukan setahun sekali, dengan sistem penilaian yang terlalu secara garis besarnya saja.  Tapi sejauh ini, yang aku lihat hidupmu sebagai pns akan terus damai sejahtera sampai pensiun kok, terkecuali terbukti melakukan pelanggaran disiplin berat.

Ada yang nyeletuk: bukan hidup sederhana yang ditekankan, tapi insentif demi profesionalisme. Oh ya?  Tunjangan kinerja maksudnya?  Yang ngomong gitu tahu nggak, kalau yang namanya tunjangan kinerja itu hanyalah berdasarkan pangkat, jabatan dan beban kerja yang standar penghitungannya aku sampai sekarang tidak tahu sih 😀 Mungkin, tiap kementerian adalah beda, dan jauh lebih beda lagi dengan di daerah, yang hanya berdasarkan pangkat & jabatan saja.

Standardisasi penghasilan pns daerah & pusat sebenarnya sama, berpatokan pada gaji pokok.  Tunjangan ini itu lah yang membuatnya jauh berbeda, terkadang jumlahnya malah jauh melebihi gaji pokoknya.  Terkait kinerja, kalaupun ada yang merasa profesional, mari coba hitung sendiri work performance selama ini.  Bisa?

Menurutku yang mendekati fair, justru gaji & tunjangan untuk tenaga fungsional, yang menggunakan sistem angka kredit untuk penilaian item-item kinerjanya, walaupun ya ada juga yang nakal mengakalinya, kasian yang beneran menabung kredit jadinya.

Pembahasannya ko agak melebar, oke kembali ke sederhana.  Ya aku tak membela siapa-siapa, tapi ya menurutku pegawai dengan gaji yang kadang tidak sesuai dengan kinerjanya, didapat dari pajak seluruh warga negara lainnya, bukan dari hasil dagang, hasil keringet sendiri, ya tanpa dihimbau pun harusnya bisa ngaca dan tahu diri euy.

Sementara rakyat yang secara tidak langsung menggajinya tiap bulan ada yang harus susah payah demi kelangsungan hidupnya, masa yang statusnya cuma pelayan harus berlebih-lebih.  Ini mungkin cuma soal moral & mental.

Aku teringat dengan pesan pembimbing thesisku dulu, kata beliau:

ingat ya mas, pegawai negeri itu lebih banyak kewajibannya dibanding haknya.

beliau berkata begitu karena sejak lama menerapkannya dengan amat rendah hati, beliau yang dokter, pakar statistik lulusan Inggris, selalu tepat waktu mengajar dan membimbing mahasiswanya nyaris seharian.  Sementara malam hari masih buka praktek dokter, kata beliau: dengan cara begitulah saya mendapatkan hak yang saya inginkan.

Maksudku, kalau mau hidup enak & bermewah, tahu dirilah, jangan berharap dari status dan jabatan, tapi cari penghasilan lain, misalkan dagang, jualan, ngajar, nulis buku, ngamen, bikin kerajinan tangan atau apalah yang jelas input dan outputnya.  Insentif sebesar apapun, kalau mentalnya bos atau raja, ya bakal ngeri mikirin kata sederhana, bung.  Tak perlulah dikasih contoh beberapa pegawai yang bergaya hidup begitu dan ujungnya berakhir buruk.

Jadi, kalau statusmu adalah pegawai negara, yang pelayan publik, iya pelayan.  Ngacalah sebentar, renungi tupoksi, inget-inget segala fasilitas yang dinikmati, sering-sering nengok ke bawah, jangan cuma bisa nyinyir ke atas.  Kemudian jangan lupa bersyukur masih bisa kerja, digaji, hidup & bernapas 😀

Oh iya, aku nulis ini lebih-lebih untuk pengingat diriku sendiri, yang kadang juga sering lepas jalur dan lupa status 😀

. .

.

..untunglah, bersyukur sekali aku menemukan & kenal beberapa role model , yang aku tahu hidupnya begitu sederhana, padahal jabatannya begitu tinggi, jauh sebelum surat edaran ini muncul. nanti mungkin suatu saat akan aku ceritakan tentang mereka.

14 thoughts on “PNS: Pegawai Ngeri Sederhana

  1. Kimi

    . Perihal singkong dan lain-lainnya aku hanya tahu dari socmed dan tidak membaca langsung surat edaran dari Bapak Menteri. Hebat euy Om Warm rajin baca surat edaran. Maksudku, Om jadi langsung dapat informasi dari sumber pertama. Sementara, aku dapat info dari sumber kesekian. Wajar aku jadi bingung begini. 😆

    Like

    Reply
  2. syn

    efek pemberitaan di media sungguh dahsyat, teman teman saya sibuk berkeluh kesah di sosial media, gak cuma itu, mulai sindir sindiran dan mulai saling menjelekkan…

    suhu politik sungguh menghasilkan efek yang menjijikkan….

    saya muak….

    muak mendengar keluhan orang disekitar saya, muak melihat semua orang serasa paling tau paling benar dan pasti masuk sorga, sementara sisanya gentayangan…. belum lagi yang menjual penderitaan dan kemelaratan…

    mereka lupa…

    ketika mereka lahir, mereka gak bawa apa apa, dan ketika mereka mati… modal mereka cuma kaen kafan doang…

    saya muak om…

    selain muak … saya juga butuh pinjaman dana

    mana tau om punya dana lebih…

    *eh

    jadi mana kuisss jumaaat nyaaaaaaaaaaaaaaaaaa…..

    >_<

    Like

    Reply
  3. devieriana

    aku amat sangat suka postingan ini
    Kemarin bapakku juga membukakan mata dan hatiku sebagai PNS yang amat newbie ini yang mungkin masih belajaran menyelami hidup sebagai PNS…

    Sederhana itu nggak perlu diminta, nggak perlu disuruh. Dari zaman aku masih piyik juga hidupku biasa aja, dan tetap terbawa sampai sekarang.

    Btw, kok ide kita tentang tulisan-tulisan beberapa waktu ini sama melulu ya, Oom. Tapi bedanya…

    beluma ku tulis 😥

    Like

    Reply
  4. rhoee

    setuju banget om, jujur saya seorang pns tapi cuma sebagai staf/bawahan. sebenarnya yang perlu ditekankan hidup sederhana itu adalah orang-orang yang memiliki jabatan karena menurut saya mereka memiliki peluang untuk korup (maaf bukan nyinggung tapi ini keadaan yang sebenarnya). sedangkan untuk seorang bawahan hanya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh atasannya tanpa berani bilang tidak, walaupun agak bertentangan dengan hati nurani. tapi mau gimana lagi, kalau kita menolak maka karir kita akan dipersulit….

    Like

    Reply
    1. wxrm Post author

      kalau ada yg mempersulit karir sampeyan tanpa alasan yang jelas dan objektif, lawan saja, kalau masih ngeyel ya laporin sama atasannya dia lagi yang bisa bersikap netral & objektif. atasan juga harusnya tak bisa menyuruh2 tanpa melihat kondisi bawahannya 😀

      penekanan sederhana untuk semuanya kok, tanpa ada pembedaan level jabatan 🙂

      Like

      Reply
  5. Arai

    Bagus sih gaya penulisannhya. Tapi isi kritiknya menurutku kurang ditunjang dengan data yang bnr2 pas. Misal nih, berkaitan dengan SE no 13 yang dilampirkan, kritik masyrkt terhdp se tersebut mmg bukan ttg singkongnya, namun pada aturan jmlh undangan pd waktu resespsi nikah. Sedangkan kritik masyarakat mengenai singkong itu, ada di SE nmr 10, dimn di situ dijelaskn ttg penggunaan panganan kalau rapat. Mmg di situ tidak dijelaskan harus singkong. Namun di berbagai kesempatan di media/ pas wawancara, pak menteri mmg mencontohkan singkong, ubi, pisang. Jd wajar masyrkt sedikit mengkritik menggunakan lucu2an singkong. Mengkritiknya sebnrny bukan gr2 singkongnya, tp utk level menteri kok ya ngurusin makanan rapat, ditengah bnyk honorer yg terlunta2. Kalau bilang penghematan, kan sdh ada pagu biayanya.
    Nih aku ksh link wawancara beliau. http://tv.liputan6.com/…/pns-dan-pejabat-pemerintahan…

    Like

    Reply
    1. wxrm Post author

      makasih ralatnya mas. ini bukan kritik juga kok, cuma tentang bagaimana memandang sebuah hal dengan lebih luas lagi aja 😀 soal undangan resepsi itu aku tak bisa berkomentar, soalnya jumlah rata2 orang yg hadir di resepsi pernikahan aku gak ngerti jumlahnya, kalau ada yg keberatan ya terusin dikritik aja toh 😀

      & level menteri ngurusin makanan rapat? lha menteri yg bilang gitu aja banyak yg bikin lucu2an, apalagi yg bikin edaran jajaran di bawahnya, artinya selama ini kira2 gimana coba ? 😀

      dan soal honorer yg terlunta-lunta? aturannya sudah jelas kan? hal honorer ini sudah ditangani sejak 2005 & kalau ada yang belum beres ya ini terkait masing2 person sih, harusnya kalau sdh sesuai aturan tak ada masalah ttg pengangkatannya 🙂

      Like

      Reply
  6. mawi wijna

    Euh… saya sih cuma mau komentar Om, kalau sekiranya kita semua harus menjauhi sesuatu yang berlebih-lebihan karena kalau misalnya saya komentar kalau kita semua harus mampu untuk hidup menderita nanti malah banyak yg ngga setuju, hahaha.

    Ya pokoknya itu lah, harus mulai siap kerja keras…

    Like

    Reply

Leave a comment